Terdiam
sendiri, membisu.. mencoba mendengar suara-suara lirih memanggil. Entah siapa?
Entah darimana? Entah mengapa? Suara-suara itu terus saja terdengar namun sulit
dimengerti. Entahlah, aku pun tak tau. Berulang kaliku coba untuk mendengarkan
namun semakinku berusaha lebih keras, suara itu makin mengecil. Ketika ku
berpaling suara itu berteriak sangat keras. Ada getaran di sini di hati ataukah
ini hanya detak jantung yang gemetar. Ada rahasia yang tersembunyi di dalam di
hati yang bersih.
Hanya orang-orang beruntunglah yang dapat mendengarkan suara itu. Ini adalah suara hati.
Hanya orang-orang beruntunglah yang dapat mendengarkan suara itu. Ini adalah suara hati.
Semua
orang diciptakan sama, ya semuanya memiliki hati. Hati-hati ini lebih cerdas,
lebih bijak dan lebih tau. Hati yang mengenalkan bayi pada ibunya. Hamba pada
Tuannya. Lalu siapakan Tuan diri ini. Masih butuhkah Tuan dengan hambanya
ketika Tuan itu Pemilik Segalanya.
Tidak!
Ya, mungkin saja. Namun, Tuhan tak pernah berhenti memberi apa yang kita
butuhkan. Tuhan tak pernah lupa memberi kita rezeki. Lalu, nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan. Masihkah hati ini sanggup berpaling? Masihkah hati
ini mampu untuk ingkar?. Sebenarnya untuk apa manusia ingkar pada Tuhannya.
Toh, itu tidak bisa membuat Tuhannya rugi. Dan kalaupun hambanya beriman itu
juga tidak akan membuat Tuhannya untung. Semua manusia di beri kesempatan yang
sama, hati yang sama. Takwa atau fasik. Taat atau ingkar.
Bukan
orang lain yang menentukan hidup dan mati ini. Jika kita lihat Bilal bagaimana
dia mempertahankan keimanannya para pemuka itu tak dapat menghancurkan hatinya
yang kuat yang penuh dengan cahaya iman. Atau kita lihat Lahab, hati nya keras
tak mau menerima petunjuk. Keduanya diberikan hati yang sama pilihan yang sama.
Hanya saja mereka memilih pilihan yang berbeda. Kedua nya memiliki hati yang keras
mempertahankan keimanan mereka.
Perbedaannya
adalah Bilal mempercayai hati nya yang bersih. Sedangkan Lahab mempercayai
hatinya yang penuh kesombongan. Selanjutnya, termasuk yang mana kita? Bilal
atau Lahab? Pejamkan mata jangan lihat amal kita, dengar, dengarkan saja apa
kata hati yang mencoba berkata dengan lembut. Yang mencoba berteriak saat kita
berbuat maksiat. Hati lah yang paling sakit, yang paling terluka. Dengar..
dengar.. dengar.. dengarkan saja apa kata hatimu, sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar