Cari di sarinulis.blogspot.com

Jumat, 13 Februari 2015

Cinta yang tak terucap

hehe :D setelah posting materi mata kuliah metode numerik. selanjutnya sari akan posting sebuah cerpen yang sari tulis pada tahun 2013 lalu .. hehe.. ini cuma fiksi.. kalau alur dan ceritanya sama itu cuma kebetulan aja ya ^^ ..  jujur, nama-namanya di ambil dari nama-nama sahabat SMP yang kebetulan waktu nulis lagi kangen berat sama mereka .. ^^


Cinta yang tak terucap
Pontianak, 2013 ...

Pagi, seperti biasa Putri duduk di kursi di ruang kelas menunggu sahabat-sahabatnya datang. Tidak seperti biasanya Ari cowok tercool dan terfavorite di SMP Putih Biru ini datang awal. Diam-diam Putri memperhatikan Ari tanpa sadar sahabat-sahabatnya telah datang. "Hey..." Dayu memukul meja. Dayu emang sahabat Putri yang paling jahil deh, hobinya ya ngerjain teman-temannya. Dengan wajah terkejut Putri hanya memandang sahabat-sahabatnya dengan tersenyum. "Waduuuuh...
mandangin apa si sampai-sampai kita datang ngak sadar." Tanya Fiza sahabat Putri yang lain. "Ha,, engak kok.. kantin yuk!,, laper ni nungguin kalian lama banget. Mumpung masih pagi kantin lagi sepi ni." Jawab Putri sambil menarik tangan Dayu mengalihkan pembicaraan. "Ayo."
Di kantin, si Ari juga makan tepat di depan meja Putri dan teman-temannya. Tidak lama Ari menyelesaikan makannya lalu pergi. "Duluan ye, woy." Kata Ari sambil berjalan pergi. "Iye.. lagian kau ade di sini pun cuma menuh-menuhkan kantin jag." Kata Dayu dengan nada santai memandang ke arah Putri. Putri pura-pura tidak peduli dengan pandangan Dayu berdiri lalu berjalan menuju kasir memesan makanan. Ari yang sudah berjalan mendengar ucapan Dayu, dia kembali dan berkata "Maksudnye,day?". "Kidding je,ri." Jawab Dayu. "Hemmmm.." jawab Ari, lalu Ari pergi. Sambil menikmati makanan Putri memulai pembicaran. "Sampai kapan?" Tanya Putri.
"Apanya yang sampai kapan.?" Fiza kembali bertanya.
"Gue gak nanya sama loe fiza yang cantik, yang baik, yang ..." belom selesai Dayu. Putri memotong perkataan Dayu "Yang pinter, manis, imut, cute...".
"Stop deh muji gue, biasanya si ada maunya ni."
"Traktir yo,sob." Kata Putri.
"Iya, traktir ye. Tak mau tau lah. eeh Put, sampai kapan kamu menyimpan rasa suka kamu ke Ari. Kita sekarang udah kelas 3 lho, sebentar lagi kita ujian dalam waktu 3 bulan kita akan pisah. Jangan sampai loe nyesal seumur hidup gara-gara cinta pertama kamu tidak terungkapkan."
"Hemmm tu kan. Iya pagi ni gue traktir." Dengan nada datar seolah tidak peduli dengan perkataan Dayu, Fiza melanjutkan makan.
"Sssst...diam, udah deh gue ngak mau ngomongkan itu dulu. Sebentar lagi UAN, gue mau fokus belajar dulu." Jawab Putri sambil tersenyum memandang Dayu.
"Rencana kamu mau masuk SMA mana, put?" Tanya Fiza.
"Belom tahu ni." Jawab Putri
"Apa??.. Putri doang tu yang di tanya in gue ngak. Terima kasih fiza." Kata Dayu sambil tersenyum sinis ke Fiza.
"Ya, sabar dong. Entar deh gue nanya loe kalau gue ingat dan itu pun kalau gue ngak sibuk."
"Oh ye.. emang loe sibuk apa?. Ngurus anak. Oh maklom yang punye keluarge payah ngak kan." Dengan nada mengejek Fiza.
"Hehehe... iye, gue punye keluarge mama, papa, kakak, dan adik gue. Emang loe ngak punye?" Fiza balas mengejek Dayu sambil tertawa. Putri pun ikut tertawa.
"Hehehe... nah gitu put. Tertawa, kangen deh sama putri yang ceria. Akhir-akhir ini loe jadi pendiam, kenapa? . Kalau ada masalah cerita aja ke kita. Walau ngak bisa bantu banyak itu bisa mengurangi beban loe kan." Kata Dayu ke Putri.
"Iya,put. Kitakan sahabatan dari SD." Kata Fiza sambil memegang tangan Putri dan mentap matanya
"Hehehe.. makasih ya kalian itu sobat-sobat terbaik gue. Ngak ada apa-apa kok." Jawab Putri sambil terenyum.
Bel tanda masuk berbunyi, setelah membayar di kasir mereka pergi menuju kelas.
Di kelas, Putri terus aja memperhatikan Ari. Di benaknya dia berfikir apa benar aku suka dengan Ari, Dia pinter, baik dan bertangung jawab selain itu dia juga ganteng, manis dan anak basket, wajar si kalau dia jadi idola di sekolah ini. Tapi, apa ya yang aku suka darinya. Makin hari, semakin dekat dengan ujian aku semakin takut karena itu artinya kami akan segera berpisah. Kenapa aku harus takut? Aah.. sudahlah mungkin ini cuma rasa yang akan hilang dengan berjalannya waktu. Dan sebaiknya aku tidak boleh menampakkan ketakutanku ini di depan sahabat-sahabatku ini.

****

Hari-hari terus berjalan, saat pendaftaraan masuk SMA. Semua memilih sekolah yang tujuan masing-masing. Putri masuk SMK, Fiza masuk SMA, sementara Dayu masuk SMA yang berbeda dengan fiza. Tidak diduga ternyata Ari satu sekolah dengan Dayu. Karena, kesibukan masing-masing mereka jarang bertemu bahkan smsan pun jarang. Untunglah saat lebaran ke-2 setelah perpisaah mereka, semuanya bisa ngumpul bersama. Saat mereka bertemu di rumah Fiza semua berpelukan. 3 orang ini saling melepas rindu, saling bercerita tentang teman baru, kelas baru, guru-guru baru semuanya tentang sekolah baru mereka masing-masing. Aah.. ada yang berubah, ya penampilan Putri dan Fiza kini mereka menggunakan jilbab. Tak di duga ternyata mereka memilih extrakulikuler yang sama yaitu Rohis di sekolah masing-masing. Sementara Dayu, dia telah jauh berubah berbanding terbalik dengan 2 sahabatnya. Tak apa bagi mereka itu bukan masalah persahabatan tak pernah memaksa dan mengekang. Ini lah persahabatan bukan masalah perbedaan tapi bagaimana kita bisa menyatu karena perbedaan.
Sekian banyak mereka bercerita, Dayu pun bercerita tentang Ari. 'Hah Ari...tak pernah ku berfikir tentangnya lagi semenjak waktu itu.' Pikir Putri.
"Loe mau tau ngak dari kelas 1 sampai sekarang Ari juara 1 terus lho di kelas. Padahal ya waktu SMP dia cuma masuk 10 besar. Terus sekarang dia juga makin ganteng dan cool. Banyak lho teman-teman aku yang suka sama dia bahkan kakak kelas dan adik kelas pun banyak lho yang suka sama dia. Banyak ye cewek yang nembak dia tapi, ngak satupun tu yang dia terima. Padahal ceweknye tu cantik-cantik. Sekarang dia pintar bahasa inggris lho, katanya si dia mau lanjutin sekolah ke luar negeri dia mau dapatin beasiswa katanya." Jelas Dayu. "Oh.." jawab Putri dengan nada datar. "Hah?.. gue ngomong panjang-panjang gitu loe cuma jawab oh.. iiih...nyebelin deh." Jawab Dayu dengan wajah cemberut. "Terus loe maunya gue jawab apa?." Tanya Putri sambil memandang wajah Dayu dan tersenyum mengoda Dayu. "Hemmmm entah." Jawab Dayu sambil membuka toples manisan. "Hemmm asam." Sambung Dayu namun saat dia melihat wajah Putri komentarnya berubah. "Wah jadi manis." Katanya.

Ketiga sahabat itu pun tertawa bersama. "Ada apa sih dari tadi loe ngomongin Ari terus. Kenapa?? Jangan-jangan." Tanya Fiza sambil memandang wajah Dayu dengan pandangan curiga dan tersenyum.
"Eee..tak ade ape-ape lah."
"Terus kenapa dari tadi Dayu ngomongkan Ari?" Tanya Putri
"Mau tau aja atau mau tau banget ni. Itu pertanyaan atau bentuk rasa cemburu?." Dayu kembali bertanya. Wajah Putri memerah karena malu. "Mau tau aja. Ngak boleh?" Jawab Putri dengan nada ketus. "Yeee...biasa aja kali jawab tu. Ngak usah pakai marah. Hemmmm... ngak usah deh pakai wajah merah kayak gitu. Hehehe ..." Fiza mengoda Putri sambil tertawa.
"Betol tu,fiz." Sambung Dayu sambil tertawa. Melihat kedua sahabatnya tertawa Putri pun ikut tertawa. "Udah kita stop ngomongkan Ari. Oh ya kalian udah lebaran ke rumah teman-teman yang lain?" Tanya Fiza sambil mencoba menahan ketawanya.
"Belom." Jawab Dayu dan Putri serempak.
"Rumah Fiza lah ni rumah pertame. Yok kite ke rumah Bu Aisyah juga, ajak yang lain lah." Ajak Putri.
"Boleh. Bentar ya Fiza ganti baju dulu."
"Oke. Dandannya jangan lama-lama ya. Keburu habis ni kuenya." Kata Dayu.
"Hemmm pantas aja makin dewasa, rupanya makin banyak makan." Kata Putri sambil menahan tawanya.
"Hah.. bilang aja Dayu gendut. Ngak ape dari pade mubajirkan sayang." Kata Dayu sambil terus mengunyah. Tiba-tiba Dayu meletakkan toples kue yang dari tadi di pegangnya. "Eeh put, pinjam hp bentar donk."
"Ni." Tanpa bertanya Putri langsung memberikan Hp nya.
"Pinjam sms kawan dayu,ye."
"Pinjam?? Balikin ya bonus smsnye."
"Minta."
"Ye."
"Dah siap, rumah siapa dulu ni?" Tanya Fiza yang baru keluar dari kamarnya dengan style yang wah.
"Wissss.. cantik dan angun."
"Iya, rumah siapa yang paling dekat dari sini?" Tanya Putri.
"Rumah Okta, dia baru pindah rumah ke gg ini beberapa minggu lalu." Jawab Fiza.
"Oke.. tunggu apa lagi. Lets go mbak bro. Oh ya.. Dayu ngak ada pulsa jadi hp Putri, Dayu sita dulu ya. Hehe.."
"Masih zaman ke minjam."
"Masih. Pakai ape ni kerumah okta?" Tanya Dayu.
"Jalan jak, dekat kok cuma 5 rumah dari sini."
"Oke."
Setelah berpamitan dengan orang tua Fiza, mereka bertiga segera menuju rumah Okta yang tidak jauh dari rumah Fiza. Sementara itu, Teman yang dari tadi di smsnya menggunakan hp Putri adalah Ari. Ternyata Ari sedang berada di rumah Okta bersama teman-teman lainnya. Dayu dan Adi sahabat dekat Ari bersama teman-teman lainnya telah merencanakan sesuatu kejutan untuk Ulang Tahun Ari di rumah Okta hari ini.
"Ini rumahnya, dekatkan."
"Kayaknye lagi ramai tamulah."
"Tak ape, yok lah."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Masuklah." Seperti suara Adi tapi tak ade yang keluar.
"Mag na, tamu istimewa ini tak di sambut ke."
"Karpet merahnye tak ade. Masok lah." Kata Okta yang baru keluar rumah. Ya, tepat sekali dugaan mereka sejak awal. Di rumah Okta sedang ramai tamu, tapi tamu-tamu itu adalah teman sekelas mereka waktu SMP.
"Ade reounian rupe e, pantas ramai." Kata Fiza.
"Fiza tak tau ke?" Tanya Adi
"Tak, tadak Dayu kasi tau dia." Jawab Dayu sambil tersenyum.
"Ape.. curang ni, ape day gitu ye dayu ye."
"Tamu istimewanye udah datang, kite mulai saja ye."
"Oke" jawab yang lainnya serempak. Sepertinya yang tidak tahu rencana ini hanya Ari, Putri dan Fiza. Okta pergi ke dapurnya untuk mengambil kue Chess cake kesukaa Ari. Sambil berjalan menuju ruang tamu Okta berteriak "siap." Semuanya pun menyanyikan lagu ulang tahun untuk Ari. Ari kelihatan kaget namun sangat senang karena dari tadi tidak ada yang mengucap selamat ulang tahun kepadanya kecuali Putri. Itu sebenarnya bagian dari rencana.
"Potong kuenye. Potongan pertama untuk siapa tu?" Tanya Okta
"Buat Putri lah, pastinye." Jawab Adi
Ari grogi, dari semenjak Putri datang dia sudah salting alias salah tingkah. "Biasa jag,ri. Usah salting gitu." Kata Dayu sambil tertawa. "Betol tu,day." Sambung Okta.
"Potonglah cepat. Laperr ni." Desak Dayu.
"Laper,day??.. perasaan dari tadi dayu makan teros lah." Kata Putri.
"Eeh biar cepat be, heheh.."
Ari pun memotong kuenya. "Put, sinilah." Kata Andi yang juga sahabat Ari.
"Endak aah, emang ngape putri harus pindah ke situ." Jawab Putri polos.
"Eeeh... pura-pura tak mau die." Goda Dayu
"Ya udah." Kata Ari sambil memakan kuenya. "Bereskan." Sambungnya lagi.
"Hah? .. uuuh nyebelin deh kamu, kita semua merecanakan ini agar..." belum selesai perkataan Dayu, Andi memotong "Sttt..ya sudah biarkan saja mereka berkembang seperti...". "Soda." Sambung Adi. Semua tertawa lalu Ari melanjutkan memotong kue dan okta membagikan kuenya kepada Putri dan kawan-kawannya.
Setelah selesai merayakan ulang tahun Ari di rumah Okta, semua berpamit pulang. Ari ingin berbicara dengan Putri tapi ia urungkan niatnya. Merasa di perhatikan Putri melihat ke Ari sambil tersenyum. Hah.. Aripun jadi salting.
Sudahlah tanpa sempat berbicara waktu pun memisahkan mereka lagi. Dari rumah Okta sampai ke rumahnya, Putri terus saja memikirkan Ari. Telah dia coba untuk memikirkan yang lain namun bayangan Ari selalu saja terlintas di fikirannya. "Huh... tak ada yang tahu kalau aku menyukai Ari kecuali Dayu dan Fiza. 4 tahun lebih aku pendam rasa ini. Entah dia suka atau tidak padaku, aku pun tak tau. Huh,, ayolah Putri jangan memikirkan dia lagi. Dia hanya bagian dari masa lalumu. Jika dia jodohmu dia pasti akan menjadi suamimu kelak. Percayalah wanita baik-baik hanya untuk pria baik-baik pula." Pikir Putri mencoba memotivasi dirinya.
Malam harinya tak di duga Ari sms. Putri bingung karena seingatnya dia tidak pernah menyimpan no Ari. Setelah Putri ingat-ingat tadi siang Dayu meminjam hpnya. "Aah mungkin ini ulah dia." Pikir Putri.
"Assalamu'alaikum, Put. Sungguh ulang tahunku kali ini sangat menyenangkan. Kedatanganmu bagiku adalah kado terindah. Jujur put, dari kita SMP aku udah suka sama kamu. Aku ngak tau awalnya gimana dan aku juga ngak tau kenapa aku bisa suka sama kamu. Tapi, yang pasti aku sangat merindukanmu. Namun, rindu itu sedikit terobati saat bertemu dengan kamu tadi di rumah okta. Kamu sangat cantik tadi. Put, mungkin kamu terkejut tapi percayalah rasa ini tulus dari hatiku. Put, dari hati mau kah kamu menjadi kekasih hatiku mulai sekarang?." Sms dari Ari.
"Hah??" Putri terkejut saat membaca sms dari Ari. Saat dia ingin membalas sms tersebut dia teringat kata-kata murabbinya. "Put, jangan kwuatir dengan sesuatu yang gaib. Seperti jodoh. Kakak tau kamu masih remaja, rasa penasaran itu pasti ada tapi jangan coba-coba untuk pacaran ya. Teman-teman kamu yang pacaran bisa kamu jadikan pelajaran." Tak lama ada pesan dari murabbinya "ingatlah wahai ukhti wanita baik-baik hanya untuk pria baik-baik.". "Hah.. kok pas gini sih. Kenapa sih Ari harus ngungkapkan rasa itu sekarang saat aku telah berjanji untuk tidak pacaran. Aah mungkin ini ujian untukku. Ya Allah,, jadikanlah aku istiqomah pada kebaikan. Aamiin." Sambil meletakan hpnya. Dia mengurungkan niatnya untuk membalas sms Ari.
Beberapa jam kemudian, ada suara panggilan masuk dari hp Putri. Segera dia mengambil hpnya. Ternyata Ari. "Aah biar saja. Sabar." Pikir Putri. Tak lama kemudian ada sms dari Ari "Put, tolong jawab panggilanku ada yang ingin aku bicarakan. Please.." kemudian Ari menelpon kembali.
Putri pun menjawab panggilan Ari tersebut.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alikumsalam."
"Ada apa,ri?"
"Sebelumnya aku mau minta maaf,put. Maafin aku ya."
"Maaf?? Untuk apa?"
"Beberapa jam yang lalu kamu dapat sms dari no akukan. Put, sebenarnya itu bukan aku itu Andi. Dan aku baru tau tadi saat Ari mengobrol denganku tak sengaja dia mengucapkannya. Lalu ku paksa dia menceritakan semuanya. Akhirnya mereka mengaku."
"Oh iya tak apa."
"Untung tadi tidak aku balas." Pikir putri.
"Makasih ya put."
"Iya.. ada lagi,ri?"
"Ngak. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam."
"Aah ternyata yang tadi bukan dia, aku sudah ke PDan ternyata. Kata Dayu dia banyak yang suka apa mungkin dia menyukaiku. Aah.. sudah lah." Pikir Putri tanpa terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. "Oh.. tidak, aku tidak boleh menangis karena Ari. Aah.. lebih baik aku berwudhu, sholat, lalu tidur. Semoga ini dapat menenagkanku." Pikir Putri. Dia pun berwudhu, sholat lalu tidur.
Waktu terus berjalan, perlahan Putri bisa melupakan Ari. Tidak terasa 6 tahun telah berlalu semenjak peristiwa waktu lebaran itu. Putri sekarang telah lulus dari universitas yang membuatnya sekarang menjadi guru, cita-citanya sejak kecil. Bahkan Putri mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2 matematika di jepang. Putri juga tidak pernah absen mengikuti liqo'an semenjak dia SMA.
Saat dia sudah menyiapkan semuanya, tinggal menghitung hari. 7 hari lagi Putri akan berangkat ke jepang untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, sesuatu yang tidak di duga datang. Sepucuk surat lamaran datang dari ikhwan. Dia dapat surat itu dari murabbinya. "Aah.. kenapa harus sekarang, kenapa bukan dulu atau nanti." Pikir Putri sambil melihat lihat surat dari ikhwan itu. "Aah penasaran juga." Perlahan Putri buka suratnya dia mencari nama pengirimnya ternyata tidak ada, Putri mulai membaca isi suratnya.
 Assalamua'alaikum, ukh..
Ana tau antum pasti bingung siapa yang mengirim surat ini. Ana sengaja tidak menulis nama ana agar jika ajakan ana menikah ini di tolak tak ada rasa sungkan antara kita nanti. Ukh, maukah antum menikah denganku?. Ukh, ana tidak akan memaksa antum jika antum tidak menolak ajakan ini. Ukh, ana tidak akan menjanjikan pernikahan yang selalu bahagia karena itu mustahil. Pernikahan akan mengalami ujian. Tempat bahagia yang kekal adalah surga,ukh. Ukh, ana hanya akan memintamu sekali. Apapun jawaban antum sampaikan saja kepada murabbi antum dan ana minta alasan antum terima kasih. Wassalamu'alaikum.
"Aah.. terlalu singkat, penuh misteri. Apa maksudnya ini. Apa dia main-main. Tapi, aku merasa ini yang aku tunggu. Siapa ikhwan ini? Yang mana yang harus aku pilih? Jepang? Atau pernikahan?. Menurut hukumnya aku memang lebih baik menikah. Aah lebih baik aku sholat istikharah dulu." Pikir Putri, dia bingung siapa si ikhwan itu.
Namun, entah mengapa Putri menjawab iya. "Iya, ana bersedia menikah dengannya alasannya antum orang yang mistrius dan penuh kejutan." Hanya itu beberapa hari kemudian mereka bertemu. Betapa terkejutnya Putri ikhwan itu ternyata Andi. Huh... bukan ini yang Putri harapkan lagi-lagi kejutan yang tak di duga. Tapi, dia tidak mungkin menolak sekarang. Ya sudahlah ini pasti yang terbaik yang Allah kirimkan untukku.
Proses perkenalan dimulai. Di tengah proses Andi bertanya kepada Putri. "Sungguh antum mau menikah dengan ana. Apakah masa lalumu itu sudah pergi."
"Aah.. iya tentu ana sudah menjawab iya. Tidak, itu akan menjadi kenangan."
"Oh.. waktu itu antum bilang ana penuh kejutan. Setelah tau kalau ikhwan itu adalah ana. Apakah antum masih mau menikah. Bukankah 2 hari lagi jadwal keberangkatanmu ke jepang. Mungkin tak ada lagi kesempatan itu."
"Ya,, ana sudah memutuskan ana akan lakukan semua itu ada resikonya."
"Baiklah. Ana punya 1 kejutan lagi buat antum. Yang akan menikah dengan antum bukan ana tapi kawan ana, Ari."
"Aah kejutan lagi." Jawab Putri sambil tersenyum.
"Ukh, ana tidak punya pilihan tidak."
"Put, akad nikahnya besok pagi. Orang tuamu sudah tahu tentang ini. Lamarannya sudah di terima orang tuamu, semuanya sudah di siapkan. Dan kamu tetap bisa melanjutkan S2 ke jepang. Ari juga mendapatkan beasiswa ke jepang. Kamu akan tahu selengkapnya dari Ari nanti."
Hmmmm... semuanya berbuah manis. Tapi, ini bukan akhir cerita namun ini baru di mulai. Keesokan harinya akad nikah pun berlangsung pesta sederhana. Ternyata semenjak SMA Ari juga sudah rutin mengikuti liqo'an. Sejak awal pun Ari sudah menyukai Putri, namun rasa itu dia sembunyikan tak ada yang tahu kecuali Andi sahabatnya. Ari dan Putri pun melanjutkan S2 ke jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar