hehe :D setelah posting materi mata kuliah metode numerik. selanjutnya sari akan posting sebuah cerpen yang sari tulis pada tahun 2013 lalu .. hehe.. ini cuma fiksi.. kalau alur dan ceritanya sama itu cuma kebetulan aja ya ^^ .. jujur, nama-namanya di ambil dari nama-nama sahabat SMP yang kebetulan waktu nulis lagi kangen berat sama mereka .. ^^
Cinta yang tak terucap
Pontianak, 2013 ...
Cinta yang tak terucap
Pontianak, 2013 ...
Pagi, seperti biasa Putri
duduk di kursi di ruang kelas menunggu sahabat-sahabatnya datang. Tidak seperti
biasanya Ari cowok tercool dan terfavorite di SMP Putih Biru ini datang awal.
Diam-diam Putri memperhatikan Ari tanpa sadar sahabat-sahabatnya telah datang. "Hey..."
Dayu memukul meja. Dayu emang sahabat Putri yang paling jahil deh, hobinya ya
ngerjain teman-temannya. Dengan wajah terkejut Putri hanya memandang
sahabat-sahabatnya dengan tersenyum. "Waduuuuh...
mandangin apa si
sampai-sampai kita datang ngak sadar." Tanya Fiza sahabat Putri yang lain.
"Ha,, engak kok.. kantin yuk!,, laper ni nungguin kalian lama banget.
Mumpung masih pagi kantin lagi sepi ni." Jawab Putri sambil menarik tangan
Dayu mengalihkan pembicaraan. "Ayo."
Di kantin, si Ari juga makan
tepat di depan meja Putri dan teman-temannya. Tidak lama Ari menyelesaikan
makannya lalu pergi. "Duluan ye, woy." Kata Ari sambil berjalan
pergi. "Iye.. lagian kau ade di sini pun cuma menuh-menuhkan kantin
jag." Kata Dayu dengan nada santai memandang ke arah Putri. Putri
pura-pura tidak peduli dengan pandangan Dayu berdiri lalu berjalan menuju kasir
memesan makanan. Ari yang sudah berjalan mendengar ucapan Dayu, dia kembali dan
berkata "Maksudnye,day?". "Kidding je,ri." Jawab Dayu. "Hemmmm.."
jawab Ari, lalu Ari pergi. Sambil menikmati makanan Putri memulai pembicaran.
"Sampai kapan?" Tanya Putri.
"Apanya yang sampai
kapan.?" Fiza kembali bertanya.
"Gue gak nanya sama loe
fiza yang cantik, yang baik, yang ..." belom selesai Dayu. Putri memotong
perkataan Dayu "Yang pinter, manis, imut, cute...".
"Stop deh muji gue,
biasanya si ada maunya ni."
"Traktir yo,sob."
Kata Putri.
"Iya, traktir ye. Tak
mau tau lah. eeh Put, sampai kapan kamu menyimpan rasa suka kamu ke Ari. Kita
sekarang udah kelas 3 lho, sebentar lagi kita ujian dalam waktu 3 bulan kita
akan pisah. Jangan sampai loe nyesal seumur hidup gara-gara cinta pertama kamu
tidak terungkapkan."
"Hemmm tu kan. Iya pagi
ni gue traktir." Dengan nada datar seolah tidak peduli dengan perkataan
Dayu, Fiza melanjutkan makan.
"Sssst...diam, udah deh
gue ngak mau ngomongkan itu dulu. Sebentar lagi UAN, gue mau fokus belajar
dulu." Jawab Putri sambil tersenyum memandang Dayu.
"Rencana kamu mau masuk
SMA mana, put?" Tanya Fiza.
"Belom tahu ni."
Jawab Putri
"Apa??.. Putri doang tu
yang di tanya in gue ngak. Terima kasih fiza." Kata Dayu sambil tersenyum
sinis ke Fiza.
"Ya, sabar dong. Entar
deh gue nanya loe kalau gue ingat dan itu pun kalau gue ngak sibuk."
"Oh ye.. emang loe sibuk
apa?. Ngurus anak. Oh maklom yang punye keluarge payah ngak kan." Dengan
nada mengejek Fiza.
"Hehehe... iye, gue
punye keluarge mama, papa, kakak, dan adik gue. Emang loe ngak punye?"
Fiza balas mengejek Dayu sambil tertawa. Putri pun ikut tertawa.
"Hehehe... nah gitu put.
Tertawa, kangen deh sama putri yang ceria. Akhir-akhir ini loe jadi pendiam,
kenapa? . Kalau ada masalah cerita aja ke kita. Walau ngak bisa bantu banyak
itu bisa mengurangi beban loe kan." Kata Dayu ke Putri.
"Iya,put. Kitakan
sahabatan dari SD." Kata Fiza sambil memegang tangan Putri dan mentap
matanya
"Hehehe.. makasih ya
kalian itu sobat-sobat terbaik gue. Ngak ada apa-apa kok." Jawab Putri
sambil terenyum.
Bel tanda masuk berbunyi,
setelah membayar di kasir mereka pergi menuju kelas.
Di kelas, Putri terus aja
memperhatikan Ari. Di benaknya dia berfikir apa benar aku suka dengan Ari, Dia
pinter, baik dan bertangung jawab selain itu dia juga ganteng, manis dan anak
basket, wajar si kalau dia jadi idola di sekolah ini. Tapi, apa ya yang aku
suka darinya. Makin hari, semakin dekat dengan ujian aku semakin takut karena
itu artinya kami akan segera berpisah. Kenapa aku harus takut? Aah.. sudahlah
mungkin ini cuma rasa yang akan hilang dengan berjalannya waktu. Dan sebaiknya
aku tidak boleh menampakkan ketakutanku ini di depan sahabat-sahabatku ini.
****
Hari-hari terus berjalan,
saat pendaftaraan masuk SMA. Semua memilih sekolah yang tujuan masing-masing.
Putri masuk SMK, Fiza masuk SMA, sementara Dayu masuk SMA yang berbeda dengan fiza.
Tidak diduga ternyata Ari satu sekolah dengan Dayu. Karena, kesibukan
masing-masing mereka jarang bertemu bahkan smsan pun jarang. Untunglah saat
lebaran ke-2 setelah perpisaah mereka, semuanya bisa ngumpul bersama. Saat
mereka bertemu di rumah Fiza semua berpelukan. 3 orang ini saling melepas
rindu, saling bercerita tentang teman baru, kelas baru, guru-guru baru semuanya
tentang sekolah baru mereka masing-masing. Aah.. ada yang berubah, ya
penampilan Putri dan Fiza kini mereka menggunakan jilbab. Tak di duga ternyata
mereka memilih extrakulikuler yang sama yaitu Rohis di sekolah masing-masing.
Sementara Dayu, dia telah jauh berubah berbanding terbalik dengan 2 sahabatnya.
Tak apa bagi mereka itu bukan masalah persahabatan tak pernah memaksa dan
mengekang. Ini lah persahabatan bukan masalah perbedaan tapi bagaimana kita
bisa menyatu karena perbedaan.
Sekian banyak mereka
bercerita, Dayu pun bercerita tentang Ari. 'Hah Ari...tak pernah ku berfikir
tentangnya lagi semenjak waktu itu.' Pikir Putri.
"Loe mau tau ngak dari
kelas 1 sampai sekarang Ari juara 1 terus lho di kelas. Padahal ya waktu SMP
dia cuma masuk 10 besar. Terus sekarang dia juga makin ganteng dan cool. Banyak
lho teman-teman aku yang suka sama dia bahkan kakak kelas dan adik kelas pun
banyak lho yang suka sama dia. Banyak ye cewek yang nembak dia tapi, ngak
satupun tu yang dia terima. Padahal ceweknye tu cantik-cantik. Sekarang dia
pintar bahasa inggris lho, katanya si dia mau lanjutin sekolah ke luar negeri
dia mau dapatin beasiswa katanya." Jelas Dayu. "Oh.." jawab
Putri dengan nada datar. "Hah?.. gue ngomong panjang-panjang gitu loe cuma
jawab oh.. iiih...nyebelin deh." Jawab Dayu dengan wajah cemberut.
"Terus loe maunya gue jawab apa?." Tanya Putri sambil memandang wajah
Dayu dan tersenyum mengoda Dayu. "Hemmmm entah." Jawab Dayu sambil
membuka toples manisan. "Hemmm asam." Sambung Dayu namun saat dia
melihat wajah Putri komentarnya berubah. "Wah jadi manis." Katanya.
Ketiga sahabat itu pun
tertawa bersama. "Ada apa sih dari tadi loe ngomongin Ari terus. Kenapa??
Jangan-jangan." Tanya Fiza sambil memandang wajah Dayu dengan pandangan
curiga dan tersenyum.
"Eee..tak ade ape-ape
lah."
"Terus kenapa dari tadi
Dayu ngomongkan Ari?" Tanya Putri
"Mau tau aja atau mau
tau banget ni. Itu pertanyaan atau bentuk rasa cemburu?." Dayu kembali
bertanya. Wajah Putri memerah karena malu. "Mau tau aja. Ngak boleh?"
Jawab Putri dengan nada ketus. "Yeee...biasa aja kali jawab tu. Ngak usah
pakai marah. Hemmmm... ngak usah deh pakai wajah merah kayak gitu. Hehehe
..." Fiza mengoda Putri sambil tertawa.
"Betol tu,fiz."
Sambung Dayu sambil tertawa. Melihat kedua sahabatnya tertawa Putri pun ikut
tertawa. "Udah kita stop ngomongkan Ari. Oh ya kalian udah lebaran ke
rumah teman-teman yang lain?" Tanya Fiza sambil mencoba menahan ketawanya.
"Belom." Jawab Dayu
dan Putri serempak.
"Rumah Fiza lah ni rumah
pertame. Yok kite ke rumah Bu Aisyah juga, ajak yang lain lah." Ajak
Putri.
"Boleh. Bentar ya Fiza
ganti baju dulu."
"Oke. Dandannya jangan
lama-lama ya. Keburu habis ni kuenya." Kata Dayu.
"Hemmm pantas aja makin dewasa,
rupanya makin banyak makan." Kata Putri sambil menahan tawanya.
"Hah.. bilang aja Dayu
gendut. Ngak ape dari pade mubajirkan sayang." Kata Dayu sambil terus
mengunyah. Tiba-tiba Dayu meletakkan toples kue yang dari tadi di pegangnya.
"Eeh put, pinjam hp bentar donk."
"Ni." Tanpa
bertanya Putri langsung memberikan Hp nya.
"Pinjam sms kawan
dayu,ye."
"Pinjam?? Balikin ya
bonus smsnye."
"Minta."
"Ye."
"Dah siap, rumah siapa
dulu ni?" Tanya Fiza yang baru keluar dari kamarnya dengan style yang wah.
"Wissss.. cantik dan
angun."
"Iya, rumah siapa yang
paling dekat dari sini?" Tanya Putri.
"Rumah Okta, dia baru
pindah rumah ke gg ini beberapa minggu lalu." Jawab Fiza.
"Oke.. tunggu apa lagi.
Lets go mbak bro. Oh ya.. Dayu ngak ada pulsa jadi hp Putri, Dayu sita dulu ya.
Hehe.."
"Masih zaman ke
minjam."
"Masih. Pakai ape ni
kerumah okta?" Tanya Dayu.
"Jalan jak, dekat kok
cuma 5 rumah dari sini."
"Oke."
Setelah berpamitan dengan
orang tua Fiza, mereka bertiga segera menuju rumah Okta yang tidak jauh dari rumah
Fiza. Sementara itu, Teman yang dari tadi di smsnya menggunakan hp Putri adalah
Ari. Ternyata Ari sedang berada di rumah Okta bersama teman-teman lainnya. Dayu
dan Adi sahabat dekat Ari bersama teman-teman lainnya telah merencanakan
sesuatu kejutan untuk Ulang Tahun Ari di rumah Okta hari ini.
"Ini rumahnya,
dekatkan."
"Kayaknye lagi ramai
tamulah."
"Tak ape, yok lah."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam.
Masuklah." Seperti suara Adi tapi tak ade yang keluar.
"Mag na, tamu istimewa
ini tak di sambut ke."
"Karpet merahnye tak
ade. Masok lah." Kata Okta yang baru keluar rumah. Ya, tepat sekali dugaan
mereka sejak awal. Di rumah Okta sedang ramai tamu, tapi tamu-tamu itu adalah
teman sekelas mereka waktu SMP.
"Ade reounian rupe e,
pantas ramai." Kata Fiza.
"Fiza tak tau ke?"
Tanya Adi
"Tak, tadak Dayu kasi
tau dia." Jawab Dayu sambil tersenyum.
"Ape.. curang ni, ape
day gitu ye dayu ye."
"Tamu istimewanye udah
datang, kite mulai saja ye."
"Oke" jawab yang
lainnya serempak. Sepertinya yang tidak tahu rencana ini hanya Ari, Putri dan
Fiza. Okta pergi ke dapurnya untuk mengambil kue Chess cake kesukaa Ari. Sambil
berjalan menuju ruang tamu Okta berteriak "siap." Semuanya pun
menyanyikan lagu ulang tahun untuk Ari. Ari kelihatan kaget namun sangat senang
karena dari tadi tidak ada yang mengucap selamat ulang tahun kepadanya kecuali
Putri. Itu sebenarnya bagian dari rencana.
"Potong kuenye. Potongan
pertama untuk siapa tu?" Tanya Okta
"Buat Putri lah,
pastinye." Jawab Adi
Ari grogi, dari semenjak
Putri datang dia sudah salting alias salah tingkah. "Biasa jag,ri. Usah
salting gitu." Kata Dayu sambil tertawa. "Betol tu,day." Sambung
Okta.
"Potonglah cepat. Laperr
ni." Desak Dayu.
"Laper,day??.. perasaan
dari tadi dayu makan teros lah." Kata Putri.
"Eeh biar cepat be,
heheh.."
Ari pun memotong kuenya.
"Put, sinilah." Kata Andi yang juga sahabat Ari.
"Endak aah, emang ngape
putri harus pindah ke situ." Jawab Putri polos.
"Eeeh... pura-pura tak
mau die." Goda Dayu
"Ya udah." Kata Ari
sambil memakan kuenya. "Bereskan." Sambungnya lagi.
"Hah? .. uuuh nyebelin
deh kamu, kita semua merecanakan ini agar..." belum selesai perkataan
Dayu, Andi memotong "Sttt..ya sudah biarkan saja mereka berkembang
seperti...". "Soda." Sambung Adi. Semua tertawa lalu Ari
melanjutkan memotong kue dan okta membagikan kuenya kepada Putri dan
kawan-kawannya.
Setelah selesai merayakan
ulang tahun Ari di rumah Okta, semua berpamit pulang. Ari ingin berbicara
dengan Putri tapi ia urungkan niatnya. Merasa di perhatikan Putri melihat ke
Ari sambil tersenyum. Hah.. Aripun jadi salting.
Sudahlah tanpa sempat
berbicara waktu pun memisahkan mereka lagi. Dari rumah Okta sampai ke rumahnya,
Putri terus saja memikirkan Ari. Telah dia coba untuk memikirkan yang lain
namun bayangan Ari selalu saja terlintas di fikirannya. "Huh... tak ada
yang tahu kalau aku menyukai Ari kecuali Dayu dan Fiza. 4 tahun lebih aku
pendam rasa ini. Entah dia suka atau tidak padaku, aku pun tak tau. Huh,,
ayolah Putri jangan memikirkan dia lagi. Dia hanya bagian dari masa lalumu.
Jika dia jodohmu dia pasti akan menjadi suamimu kelak. Percayalah wanita
baik-baik hanya untuk pria baik-baik pula." Pikir Putri mencoba memotivasi
dirinya.
Malam harinya tak di duga Ari
sms. Putri bingung karena seingatnya dia tidak pernah menyimpan no Ari. Setelah
Putri ingat-ingat tadi siang Dayu meminjam hpnya. "Aah mungkin ini ulah
dia." Pikir Putri.
"Assalamu'alaikum, Put.
Sungguh ulang tahunku kali ini sangat menyenangkan. Kedatanganmu bagiku adalah
kado terindah. Jujur put, dari kita SMP aku udah suka sama kamu. Aku ngak tau
awalnya gimana dan aku juga ngak tau kenapa aku bisa suka sama kamu. Tapi, yang
pasti aku sangat merindukanmu. Namun, rindu itu sedikit terobati saat bertemu
dengan kamu tadi di rumah okta. Kamu sangat cantik tadi. Put, mungkin kamu
terkejut tapi percayalah rasa ini tulus dari hatiku. Put, dari hati mau kah
kamu menjadi kekasih hatiku mulai sekarang?." Sms dari Ari.
"Hah??" Putri
terkejut saat membaca sms dari Ari. Saat dia ingin membalas sms tersebut dia
teringat kata-kata murabbinya. "Put, jangan kwuatir dengan sesuatu yang
gaib. Seperti jodoh. Kakak tau kamu masih remaja, rasa penasaran itu pasti ada
tapi jangan coba-coba untuk pacaran ya. Teman-teman kamu yang pacaran bisa kamu
jadikan pelajaran." Tak lama ada pesan dari murabbinya "ingatlah
wahai ukhti wanita baik-baik hanya untuk pria baik-baik.". "Hah.. kok
pas gini sih. Kenapa sih Ari harus ngungkapkan rasa itu sekarang saat aku telah
berjanji untuk tidak pacaran. Aah mungkin ini ujian untukku. Ya Allah,,
jadikanlah aku istiqomah pada kebaikan. Aamiin." Sambil meletakan hpnya.
Dia mengurungkan niatnya untuk membalas sms Ari.
Beberapa jam kemudian, ada
suara panggilan masuk dari hp Putri. Segera dia mengambil hpnya. Ternyata Ari.
"Aah biar saja. Sabar." Pikir Putri. Tak lama kemudian ada sms dari
Ari "Put, tolong jawab panggilanku ada yang ingin aku bicarakan.
Please.." kemudian Ari menelpon kembali.
Putri pun menjawab panggilan
Ari tersebut.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alikumsalam."
"Ada apa,ri?"
"Sebelumnya aku mau
minta maaf,put. Maafin aku ya."
"Maaf?? Untuk apa?"
"Beberapa jam yang lalu
kamu dapat sms dari no akukan. Put, sebenarnya itu bukan aku itu Andi. Dan aku
baru tau tadi saat Ari mengobrol denganku tak sengaja dia mengucapkannya. Lalu
ku paksa dia menceritakan semuanya. Akhirnya mereka mengaku."
"Oh iya tak apa."
"Untung tadi tidak aku
balas." Pikir putri.
"Makasih ya put."
"Iya.. ada
lagi,ri?"
"Ngak.
Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam."
"Aah ternyata yang tadi
bukan dia, aku sudah ke PDan ternyata. Kata Dayu dia banyak yang suka apa
mungkin dia menyukaiku. Aah.. sudah lah." Pikir Putri tanpa terasa butiran
air mata jatuh membasahi pipinya. "Oh.. tidak, aku tidak boleh menangis
karena Ari. Aah.. lebih baik aku berwudhu, sholat, lalu tidur. Semoga ini dapat
menenagkanku." Pikir Putri. Dia pun berwudhu, sholat lalu tidur.
Waktu terus berjalan,
perlahan Putri bisa melupakan Ari. Tidak terasa 6 tahun telah berlalu semenjak
peristiwa waktu lebaran itu. Putri sekarang telah lulus dari universitas yang
membuatnya sekarang menjadi guru, cita-citanya sejak kecil. Bahkan Putri
mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah S2 matematika di jepang. Putri juga
tidak pernah absen mengikuti liqo'an semenjak dia SMA.
Saat dia sudah menyiapkan
semuanya, tinggal menghitung hari. 7 hari lagi Putri akan berangkat ke jepang
untuk melanjutkan kuliahnya. Namun, sesuatu yang tidak di duga datang. Sepucuk
surat lamaran datang dari ikhwan. Dia dapat surat itu dari murabbinya.
"Aah.. kenapa harus sekarang, kenapa bukan dulu atau nanti." Pikir
Putri sambil melihat lihat surat dari ikhwan itu. "Aah penasaran
juga." Perlahan Putri buka suratnya dia mencari nama pengirimnya ternyata
tidak ada, Putri mulai membaca isi suratnya.
Assalamua'alaikum, ukh..
Ana tau antum pasti bingung
siapa yang mengirim surat ini. Ana sengaja tidak menulis nama ana agar jika
ajakan ana menikah ini di tolak tak ada rasa sungkan antara kita nanti. Ukh,
maukah antum menikah denganku?. Ukh, ana tidak akan memaksa antum jika antum
tidak menolak ajakan ini. Ukh, ana tidak akan menjanjikan pernikahan yang
selalu bahagia karena itu mustahil. Pernikahan akan mengalami ujian. Tempat
bahagia yang kekal adalah surga,ukh. Ukh, ana hanya akan memintamu sekali.
Apapun jawaban antum sampaikan saja kepada murabbi antum dan ana minta alasan
antum terima kasih. Wassalamu'alaikum.
"Aah.. terlalu singkat,
penuh misteri. Apa maksudnya ini. Apa dia main-main. Tapi, aku merasa ini yang
aku tunggu. Siapa ikhwan ini? Yang mana yang harus aku pilih? Jepang? Atau
pernikahan?. Menurut hukumnya aku memang lebih baik menikah. Aah lebih baik aku
sholat istikharah dulu." Pikir Putri, dia bingung siapa si ikhwan itu.
Namun, entah mengapa Putri
menjawab iya. "Iya, ana bersedia menikah dengannya alasannya antum orang
yang mistrius dan penuh kejutan." Hanya itu beberapa hari kemudian mereka
bertemu. Betapa terkejutnya Putri ikhwan itu ternyata Andi. Huh... bukan ini
yang Putri harapkan lagi-lagi kejutan yang tak di duga. Tapi, dia tidak mungkin
menolak sekarang. Ya sudahlah ini pasti yang terbaik yang Allah kirimkan
untukku.
Proses perkenalan dimulai. Di
tengah proses Andi bertanya kepada Putri. "Sungguh antum mau menikah dengan
ana. Apakah masa lalumu itu sudah pergi."
"Aah.. iya tentu ana
sudah menjawab iya. Tidak, itu akan menjadi kenangan."
"Oh.. waktu itu antum
bilang ana penuh kejutan. Setelah tau kalau ikhwan itu adalah ana. Apakah antum
masih mau menikah. Bukankah 2 hari lagi jadwal keberangkatanmu ke jepang.
Mungkin tak ada lagi kesempatan itu."
"Ya,, ana sudah
memutuskan ana akan lakukan semua itu ada resikonya."
"Baiklah. Ana punya 1
kejutan lagi buat antum. Yang akan menikah dengan antum bukan ana tapi kawan
ana, Ari."
"Aah kejutan lagi."
Jawab Putri sambil tersenyum.
"Ukh, ana tidak punya
pilihan tidak."
"Put, akad nikahnya
besok pagi. Orang tuamu sudah tahu tentang ini. Lamarannya sudah di terima
orang tuamu, semuanya sudah di siapkan. Dan kamu tetap bisa melanjutkan S2 ke
jepang. Ari juga mendapatkan beasiswa ke jepang. Kamu akan tahu selengkapnya
dari Ari nanti."
Hmmmm... semuanya berbuah
manis. Tapi, ini bukan akhir cerita namun ini baru di mulai. Keesokan harinya
akad nikah pun berlangsung pesta sederhana. Ternyata semenjak SMA Ari juga
sudah rutin mengikuti liqo'an. Sejak awal pun Ari sudah menyukai Putri, namun
rasa itu dia sembunyikan tak ada yang tahu kecuali Andi sahabatnya. Ari dan
Putri pun melanjutkan S2 ke jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar